UPDATE Corona di Indonesia Hari Ini, Minggu 2 Mei 2021: Tambah Kasus Positif 4.394, Total 1.677.274
Jumlah kasus virus corona atau Covid 19 di Indonesia masih bertambah setiap harinya. Dikutip dari data situs covid19.go.id , hingga Minggu (2/5/2021), total sudah ada 1.677.274 kasus Covid 19 di Indonesia. Tiga hari sebelumnya, penambahan kasus berada di angka 4 5 ribu.
Kasus positif corona pada Hari ini Minggu (2/5/2021), bertambah sebanyak 4.394 pasien. Kabar baiknya, pasien sembuh hari ini bertambah sebanyak 3.740 orang. Sehingga, jumlah angka kesembuhan berjumlah 1.530.718 orang.
Sementara, kasus kematian bertambah 144 jiwa pada hari ini. Angka penambahan itu membuat jumlah kasus berujung kematian menjadi 45.796. Dikutip dari berikut cara pencegahan Covid 19 pada level individu dan masyarakat:
A. Pencegahan Level Individu Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah COVID 19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan rumah dengan cara: A. Mencuci tangan lebih sering menggunakan sabun dan air setidaknya 20 detik atau pembersih tangan berbasis alkohol ( hand sanitizer ), serta mandi atau mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
B. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut menggunakan tangan yang belum dicuci. C. Jangan berjabat tangan. D. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit.
E. Tutupi mulut saat batuk dan bersin menggunakan lengan atas bagian dalam atau memakai tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan. F. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah bepergian. G. Bersihkan dan berikan disinfektan secara berkala pada benda benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain lain), gagang pintu, dan lain lain.
Munculnya banyak mutasi strain baru virus corona (Covid 19) secara global, membuat pemerintah berupaya untuk mencari langkah dalam upaya menekan angka penyebarannya di tanah air. Program vaksinasi menjadi salah satu cara yang dianggap penting bagi masyarakat agar tubuh dapat membentuk antibodi terhadap virus corona pasca mendapatkan suntikan vaksin Covid 19. Berapa lama antibodi ini terbentuk dalam tubuh?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa proses pembentukan antibodi dalam tubuh tentunya memerlukan waktu. Ada jeda yang dibutuhkan tubuh dalam membentuk antibodi terhadap virus tersebut. Terlebih Indonesia menggunakan vaksin yang diberikan dalam dua dosis, satu diantaranya yakni vaksin asal China 'Sinovac', dengan jeda waktu yang awalnya dua pekan kemudian dievaluasi menjadi empat pekan.
Seperti yang disampaikan Direktur Vaksin Imunisasi dan Biologi WHO Dr Kate O'Brien dalamakun Twitter resmi WHO beberapa waktulalu. Menurutnya, tubuh akan menunjukkan respons imun yang baik pada 14 hari pasca vaksinasi pertama. "Kami melihat respons imun yang baik yang muncul dalam waktu sekitar dua minggu sejak dosis pertama itu, jadi kita benar benar harus menunggu waktu berlalu untuk melihat berapa lama vaksin ini bertahan," cuit O'Brien.
Di Indonesia, pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan meluncurkan rapid test untuk mengetahui kadar antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi. Inovasi ini memang sengaja dihadirkan untuk melengkapi alat kesehatan (Alkes) tanah air dalam upaya penanganan Covid 19. Kepala BPPT Hammam Riza mengklaim pihaknya sukses menghasilkan inovasi Alkes untuk melakukan deteksi antibodi kuantitatif dan Rapid Diagnostic Test (RDT) antigen pada tahun 2021 ini.
Inovasi deteksi antibodi kuantitatif ini, kata dia, memiliki fungsi untuk mengukur kadar antibodi yang terbentuk dalam tubuh setelah menjalani vaksinasi Covid 19. Perlu diketahui, vaksinasi menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan masyarakat di masa pandemi ini. Program ini juga menjadi langkah utama pemerintah dalam upaya mengendalikan pandemi Covid 19 yang telah berlangsung lebih dari setahun.
Pasca mendapatkan vaksinasi, proses pembentukan antibodi tentunya membutuhkan waktu. Untuk mengetahui apakah antibodi ini telah terbentuk atau belum pada tubuh, nantinya bisa diukur melalui Alkes ini. Inovasi untuk mengukur kadar antibodi yang terbentuk dalam tubuh ini merupakan inovasi lanjutan BPPT, setelah sebelumnya merilis rapid test yang berfungsi sebagai alat deteksi cepat paparan virus Covid 19.
"Jadi, sebelumnya BPPT sudah meluncurkan rapid test kit untuk mendeteksi cepat paparan virus Covid 19 atau RDT antibodi RI GHA. Kali ini kita akan meluncurkan alat untuk tes cepat guna mengetahui apakah vaksinasi yang dilakukan pada seseorang telah menghasilkan antibodi," kata Hammam. Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT ini pun menekankan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus melanjutkan kegiatan inovasi yang difokuskan pada upaya penanganan Covid 19. Tentunya yang berfokus pada kegiatan pelacakan (tracing), pengujian (testing) dan pengobatan (treatment) atau 3T. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa melalui test kit deteksi antibodi kuantitatif ini, dirinya berharap program vaksinasi bisa terus berlangsung lancar.
Test kit ini juga diharapkan dapat melihat kemampuan kekebalan komunal (herd immunity) pada masyarakat sejak dini setelah pemberian vaksin. "Kami akan segera luncurkan test kit antibodi ini, dan mendorong kesuksesan program vaksinasi. Dengan program vaksinasi yang massif dan terukur, maka diharapkan akan segera terbentuk herd immunity, dan herd imunity pun harus kita monitor dari waktu ke waktu," pungkas Hammam. Selain inovasi baru yang akan segera diluncurkan itu, ini sederet produk riset dan inovasi BPPT meliputi kit deteksi antibodi kuantitatif, RDT antigen Covid 19, prototipe Direct Digital Radiography untuk deteksi Covid 19, Laboratorium BSL 2 stasioner, ventilator ICU, herbal imunostimulan.
Lalu, aplikasi kecerdasan artifisial untuk deteksi COVID 19, pengurutan genom virus menyeluruh, database dan aplikasi kecerdasan artifisial untuk identifikasi dan pemanfaatan mikroba Indonesia, dan database bioprospeksi tanaman untuk pengembangan obat berbasis kecerdasan artifisial.